Minggu, 22 Maret 2015

Menemani Anak : MENGENALKAN ANAK DENGAN WIRAUSAHAWAN "SOSIS Mr. POPOYA"




Mas Irawan dan Mbak Wina namanya. Masih muda, mengendarai mobil Honda Jazz warna merah, dan punya usaha sendiri Sosis Bakar "Popoya".

Saya bertemu dengan pasangan suami istri ini di kawasan Pantai Marina - Kota Semarang pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2015. Kami sekeluarga sedang jalan-jalan di pantai tersebut ketika rasa lapar tiba-tiba datang, dan di depan kami ada penjual sosis bakar dengan nama "Popoya".


Bukan bermaksud promosi, tetapi sosia bakar "Popoya" buatan Mas Irawan dan Mbak Wina memang enak. Tidak heran, mereka punya banyak pelanggan. Mas Irawan dan Mbak Wina hany hari Sabtu dan Minggu berjualan di kawasan Pantai Marina - Kota Semarang. Hari Senin sampai Jumat mereka sibuk membuat sosis dan  bumbu-bumbu sendiri, kemudian dikirim ke outlet-outlet yang sudah bekerja sama dengan mereka untuk berjualan sosis bakar dengan merek "Popoya".




Ya, Mas Irawan dan Mbak Wina yang masih muda usia ini adalah pemilik / pengusaha sosis bakar "Popoya" ! Mas Irawan yang seorang Sarjana Komputer dan Mbak Wina yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di bidang Tata Boga ini memang memilih menjadi wirausahawan. Mereka bercerita kepada saya bahwa banyak orang tidak percaya bahwa mereka berdua adalah pemilik sosis bakar "Popoya", karena mereka masih MUDA USIA.


Tetap saya percaya ! Kenapa ? Karena dulu saya juga sudah punya usaha Bimbingan Belajar ketika saya masih berumur 19 tahun ! Intinya, kalau mau jadi pengusaha, JANGAN MENUNGGU TUA !



Menarik juga mendengar cerita dari Mas Irawan bahwa beliau menjadi pengusaha karena ayahnya juga seorang pengusaha. Kenapa saya bilang menarik ? Karena terbukti bahwa APA YANG DIKERJAKAN oleh orang tua akan ditiru oleh anak ! Artinya, KEPRIBADIAN mereka memang cocok untuk menjadi wirausahawan !

Nah, di sini ada perbedaannya dengan saya. Ayah saya adalah seorang karyawan biasa. Lalu, kenapa pada usia 19 tahun saya sudah mendirikan sendiri usaha BIMBINGAN BELAJAR ? Karena saya BUTUH uang untuk biaya praktikum kuliah (waktu itu saya kuliah di Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro yang sering praktikum di luar kota, sedangkan orang tua saya hanya mampu membayar uang kuliah semesteran saja,  Rp 20.000,- per bulan waktu itu). Tetapi, ini belum menjawab pertanyaan : dari mana saya belajar mendirikan usaha sendiri ?


Ayah dan ibu saya sangat pandai berkomunikasi dengan orang. Kenalannya banyak, dari dalam negeri dan dari luar negeri. Dan saya TERKESAN dengan itu : ibu saya pandai MENULIS SURAT untuk kenalan-kenalannya di luar negeri, sedangkan ayah saya sangat mahir NGOBROL dengan orang. Kombinasi MENULIS, NGOBROL, dan BUTUH UANG inilah yang mendorong saya untuk YAKIN MEMBUKA USAHA SENDIRI di bidang Bimbingan Belajar (dengan mempekerjakan banyak pengajar), yang secara NYATA mampu MEMBIAYAI praktikum kuliah saya, membeli buku, bahkan makan di restoran dan nonton bioskop dengan pacar (yang sekarang menjadi istri saya).




Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Saya masih menjadi pembicara untuk murid Sekolah Menengah Kejuruan. Sesuai pekerjaan dan pendidikan saya di bidang Psikologi Industri, saya menjelaskan tentang serba-serbi dunia kerja, dan apa yang harus dipersiapkan oleh para murid SMK yang akan lulus sekolah (kemudian memasuki dunia kerja).


Saya selalu mengatakan bahwa ingin menjadi KARYAWAN itu sah-sah saja, dan ingin menjadi PENGUSAHA itu juga sah-sah saja. Mau jadi karyawan dulu, kemudian setelah punya cukup modal, pengalaman, dan relasi, baru membuka usaha sendiri juga sah-sah saja. Yang saya tekankan adalah JANGAN MENUNDA-NUNDA untuk memulainya.


Tentang hal ini, ada yang bertanya kepada saya, "Pak Tinus 'kan punya gelar Magister Manajemen di bidang Pemasaran...... Saya 'kan tidak....."

Saya menjawab, "Saya buka usaha sendiri, berjualan sendiri usaha Bimbingan Belajar saya waktu saya masih umur 19 tahun.... Saya baru kuliah Magister Manajemen bidang Pemasaran waktu saya sudah umur 28 tahun....."

Saya hanya mau mengatakan bahwa PENDIDIKAN itu bisa MENUNJANG kita membuka usaha sendiri, tetapi jangan salah paham bahwa pendidikan itu akan MENJAMIN bahwa usaha kita sukses.  Saya punya banyak kenalan yang punya gelar pendidikan bisnis / manajemen, tetapi mereka tidak kunjung buka usaha sendiri. Kenapa ? Karena mereka RAGU untuk memulainya dan menekuninya. KEPRIBADIANNYA tidak mendukung.

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak untuk membuka wawasan bahwa PENDIDIKAN itu penting, tetapi KEPRIBADIAN itu juga penting, dan apa yang akan dikerjakan anak kita kelak adalah KOMBINASI dari keduanya.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----oOo-----


Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Praktisi Psikologi Industri, anggota HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan anggota APIO (Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi). Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Mahasiswa Profesi Psikologi di Universitas Katholik Soegijapranata Semarang.


Mem-visual-kan Kualitas : Pempek Palembang "Ny. Kamto"




Siang itu saya bersama istri dan anak makan siang di Rumah Makan Pempek Palembang “Ny. Kamto” di Jalan Ngesrep Timur, Temabalang, Semarang. Ini adalah jalan raya menuju ke Kampus Universitas Diponegoro - Tembalang Semarang, yang sering kami lewati ketika jalan-jalan di hari libur (sambil bernostalgia, karena saya dan istri adalah lulusan Universitas Diponegoro).

Apa yang menarik untuk saya tuliskan tentang Rumah Makan Pempek Palembang “Ny. Kamto” ini ?

Di Semarang, ada cukup banyak penjual pempek. Ada yang penjual kaki lima, ada yang berjualan di warung makan, bahkan ada juga yang berjualan di "counter" makanan di "mall" atau pujasera. Tentu saja, ada juga Rumah Makan Pempek Palembang “Ny. Kamto”.

Yang menarik untuk saya tuliskan (dan sudah saya jadikan bahan "ngobrol" dengan anak saya) adalah bagaimana Rumah Makan Pempek Palembang “Ny. Kamto” MENJELASKAN kepada pembeli bahwa pempek buatan mereka adalah pempek yang BERKUALITAS TINGGI.

Di Rumah Makan Pempek Palembang “Ny. Kamto” yang kami kunjungi siang itu, terpasang foto-foto berukuran besar tentang PROSES pembuatan pempek, termasuk IKAN SEGAR BERUKURAN SANGAT BESAR yang sedang dibawa oleh juru masak, siap untuk diolah. Ada juga foto berukuran besar tentang KUNING TELUR yang sedang diolah untuk dimasukkan / dijadikan isi pempek. Foto-foto berukuran besar ini SANGAT INFORMATIF dan membuat pembeli (termasuk kami) memiliki pengetahuan dan KEYAKINAN bahwa pempek yang kami beli (dan kami makan) memang makanan yang dibuat oleh ORANG yang AHLI di bidangnya.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Seperti biasa, ketika kita sedang berkunjung atau makan di suatu tempat bersama anak-anak kita, kita selalu dapat menggunakan apa saja yang kita temui untuk dijadikan sebagai BAHAN OBROLAN dengan anak kita. Dalam hal foto-foto berukuran besar di Rumah Makan Pempek Palembang “Ny. Kamto”, saya ngobrol dengan anak saya tentang peranan foto-foto INFORMATIF seperti itu, yaitu untuk menciptakan / meningkatkan PENGErTAHUAN dan KEYAKINAN pembeli, selain (tentu saja) sebagai DEKORASI / penghias dinding rumah makan.

Semoga dengan demikian anak-anak kita bisa selalu belajar dari apa sajanyang ditemuinya, termasuk (dalam hal ini) tentang foto yang multi fungsi : sebagai HIASAN, memberikan INFORMASI, dan meningkatkan KEYAKINAN pembeli. 

Semoga pula (dengan demikian) anak-anak kita semakin paham tentang arti penting dari kegiatan MENGGUNAKAN FOTO (entah di Facebook, di Instagram, atau media sosial lainnya) untuk membuat orang lain PAHAM akan siapa dirinya (dan dengan demikian TIDAK SEMBARANGAN mau difoto atau memasang foto, karena hal itu akan MEMBENTUK CITRA DIRINYA di mata orang lain).

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----oOo-----


Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Praktisi Psikologi Industri, Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial, mahasiswa Profesi Psikologi di Universitas Katholik Soegijapranata Semarang.