Sabtu, 29 September 2012

MENEMANI ANAK BELAJAR FISIKA DENGAN CERITA LUCU




Saya sedang menemani anak saya membuat PR (pekerjaan rumah) Fisika tentang Energi Potensial Gravitasi, ketika akhirnya kami tertawa terbahak-bahak bersama.

Energi Potensial Gravitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena benda itu memiliki ketinggian tertentu dari permukaan tanah.

Energi Potensial Gravitasi ini ditulis dengan lambang Ep dengan satuan Joule. Rumusnya, Ep = m.g.h. 
m adalah massa benda dengan satuan kilogram.  
g adalah percepatan gravitasi dengan satuan meter per detik kuadrat.  
h adalah ketinggian benda dari permukaan tanah, satuannya meter.

--------------------

Harus diakui bahwa rumus-rumus ini supaya jadi mudah diingat harus kita kaitkan dengan pengalaman nyata kita sehari-hari. Lebih baik lagi kalau pengalaman yang lucu.

Kebetulan dalam PR anak saya ini juga ada soal-soal tentang konversi energi. Misalnya, pada lampu listrik terjadi konversi energi dari energi listrik menjadi energi cahaya dan energi kalor (panas). Pada bor listrik terjadi konversi energi dari energi listrik menjadi energi kinetis (gerak) dan energi panas (kalor) serta energi bunyi.

Maka saya katakan kepada anak seperti ini : Energi Potensial Gravitasi itu akan berubah menjadi energi bunyi "gedebug" (atau "gedubrak") pada saat benda itu jatuh / sampai di permukaan tanah.

Kalau yang jatuh adalah buah mangga dari ketinggian 4 meter dari atas tanah dengan massa buah mangga 400 gram alias 0,4 kilogram, maka bunyinya hanya pelan saja. Mengapa ? 
Karena Energi Potensial Gravitasi yang dikonversi ke energi bunyi juga cuma kecil.
Perhitungannya begini (saya ceritakan kepada anak saya). 
m = 400 gram = 0,4 kilogram.  
g = 10 meter per detik kuadrat.
h = 4 meter.
Ep = 0,4 X 10 X 4 Joule alias hanya 16 Joule.

Nah, kalau yang jatuh adalah saya (saya 97 kilogram), maka bunyinya saat jatuh di permukaan tanah akan lebih keras. Mengapa ?
Karena Energi Potensial Gravitasi saya yang dikonversi ke energi bunyi adalah jauh lebih besar.
Perhitungannya begini (juga saya ceritakan kepada anak saya).
m = 97 kilogram.
g = 10 meter per detik kuadrat.
h = 4 meter.
Ep = 97 X 10 X 4 Joule alias 3.880 Joule.

Bayangkan ! Kalau saya jatuh, energi bunyi berasal dari Ep (Energi Potensial Gravitasi) sebesar 3.880 Joule. Sedangkan kalau buah mangga yang jatuh, energi bunyi berasal dari Ep yang cuma 16 Joule. 

Jadi, energi bunyi saya adalah 242,5 (dua ratus empat puluh dua setengah) kali energi bunyi buah mangga. Jelas, suara saya kalau jatuh akan lebih heboh. 
(Apalagi, kalau saya masih pakai teriak-teriak segala. Sedangkan buah mangga kalau jatuh diam saja alias tidak bisa berteriak-teriak mengaduh / minta tolong karena sakit). 

Tentu saja, saya tidak berharap jatuh dari ketinggian 4 meter. Tetapi ini hanya ilustrasi saja, yang mudah dicerna oleh anak. Sehingga rumus-rumus Fisika tidak lagi sekedar rumus di awang-awang.
 
--------------------

Kalau anak di-cerita-in hal-hal yang lucu dan konkrit seperti itu ("kalau saya jatuh, pasti bunyinya lebih keras ----- jauh lebih keras ----- daripada buah mangga yang jatuh"), maka anak akan jadi mudah memahami dan ingat pelajaran yang sedang dipelajari. Plus anak terbiasa mengaitkan hal yang sedang dipelajarinya di sekolah dengan praktek / kenyataan hidup sehari-hari.

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak dengan cerita-cerita lucu yang terkait dengan materi yang sedang dipelajari anak, sehingga anak lebih mudah paham / ingat dan terbiasa mengaitkan pelajaran di sekolah dengan praktek hidup sehari-hari.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh  Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.
 
 
  
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific Photography for  Communication & Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).



Jumat, 28 September 2012

MENEMANI ANAK UNTUK MAU TAHU HAL-HAL PRODUKTIF



Suatu ketika ada mobil milik Radio Republik Indonesia (RRI) sedang diparkir di suatu tempat.

Tetapi bukan parkir sembarang parkir.

Mobil RRI itu sedang meliput / melakukan siaran di luar studio.

Mobil RRI itu membawa antena yang bisa dilipat / dilepas, yang ketika dipasang bisa menjulang tinggi.

Di dalam mobil RRI itu ada alat-alat untuk siaran.

--------------------

Anak kita bisa jadi sudah sangat familiar dengan siaran radio atau siaran televisi. Maksudnya, sudah biasa mendengarkan / menonton siarannya. Saya menyebutnya biasa mengonsumsi siaran.

Pertanyaannya, apakah anak kita sudah punya bayangan / pengalaman tentang bagaimana siaran itu dibuat ?

--------------------

Memang, tidak semua anak punya kesempatan / pengalaman masuk ke dalam studio siaran radio / televisi. Anak saya juga belum, meskipun saya dulu biasa siaran di beberapa radio swasta di Semarang.

Tetapi tidak perlu memaksakan diri membawa anak masuk / berkunjung ke studio. Kalau ada kesempatan seperti itu, pasti bagus.

Kalau belum ada kesempatan seperti itu, kita bisa memanfaatkan kesempatan bertemu dengan mobil RRI seperti ini untuk memberikan pengetahuan / pengalaman tambahan kepada anak. Dengan demikian anak memiliki bayangan / gambaran tentang bagaimana siaran itu dibuat. 

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak untuk mengetahui bagaimana suatu proses produksi siaran dibuat, meskipun tidak secara keseluruhan / lengkap. Dengan demikian anak akan terbiasa memiliki pola pikir bagaimana sesuatu itu dibuat.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".


-----o0o----- 

Foto dan tulisan oleh  Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.
 
 
  
 
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific Photography for  Communication & Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).


Rabu, 26 September 2012

TETAP DISIPLIN / TIDAK SEMBARANGAN MESKI SEDANG TERBURU-BURU


Gambar 1.
 
Tas-tas sekolah yang diletakkan / terkumpul rapi dekat Pos Satpam. 

Pada umumnya murid-murid tetap disiplin meletakkan tasnya di dekat Pos Satpam sehingga tidak menghalangi jalan.

 
Gambar 2.
 
Pada saat sedang terburu-buru, beberapa anak menjadi asal saja meletakkan tasnya, sehingga menghalangi / mengganggu jalan.

Foto ini diambil sebelum tas-tas itu dibawa oleh Satpam untuk diletakkan di dekat Pos Satpam (sehingga tidak menghalangi / mengganggu jalan).

Meskipun sama-sama sedang terburu-buru (baru saja keluar dari kelas / selesai jam pelajaran, sama-sama lelah, sama-sama lapar, sama-sama haus, sama-sama terburu-buru ingin membeli makanan / minuman) kebanyakan anak tetap disiplin / tidak sembarangan meletakkan tasnya di dekat Pos Satpam, sementara beberapa anak menjadi asal saja meletakkan tas di dekat jalan sehingga mengganggu jalan itu (dan segera tas-tas itu akan diletakkan oleh Satpam di dekat Pos Satpam).

------------------------------


Suatu siang saya meluangkan waktu untuk menjemput anak saya. Biasanya dia pulang naik mobil antar jemput berlangganan.

Saya duduk di bangku panjang terbuat dari pipa besi yang disediakan pihak sekolah bagi para penjemput. Lalu, sambil duduk menunggu, tiba-tiba saja pandangan mata saya tertuju pada tas-tas sekolah yang ditaruh berjajar. Tas-tas itu milik murid-murid SD yang sekolahnya satu komplek dengan sekolah anak saya (anak saya kelas VIII SMP. Dulu waktu SD, sekolahnya juga di SD itu).

--------------------

Anak-anak SD itu baru keluar dari kelas. Sudah cukup besar-besar. Sepertinya murid kelas IV atau V atau VI.

Begitu sampai di depan Pos Satpam, mereka memarkir  tasnya di sana. Cukup rapi. Dalam arti, terkumpul di satu atau dua tempat saja. Beberapa tas memang ada yang ditaruh agak di tengah jalan (yang dipakai untuk keluar masuk mobil antar jemput sekolah), sehingga harus disingkirkan  oleh Satpam (diletakkan jadi satu dengan tas-tas lain yang sudah terkumpul di dekat Pos Satpam).

Apa yang menarik perhatian saya ?

Yang membuat saya tertarik adalah : mengapa ada yang punya kesadaran memarkir tas di tempat yang benar (tidak di tengah jalan) dan mengapa ada yang seolah tidak peduli dengan memarkir tas di tengah jalan ?

Memang jaraknya tidak terlalu jauh. Tetapi justru itu yang menjadikannya menarik. Selisih jaraknya hanya sedikit saja, kenapa ada beberapa anak yang tidak mau memarkir tas di tempat yang semestinya ?

Jawabannya bisa saja sederhana : anak sudah lelah dan terburu-buru ingin membeli minuman atau makanan di warung-warung yang ada di dekat situ. Makanya, ada yang asal saja (tidak semuanya) memarkir tasnya sembarangan.

--------------------

Saya tersenyum dalam hati merenungkan hal ini : apakah karena sedang terburu-buru maka memang boleh tidak pada tempatnya ?

Saya tersenyum di dalam hati karena sebagai seorang Praktisi Psikologi Industri   di berbagai perusahaan swasta dalam 11 tahun terakhir, perilaku seperti ini memang ada (= dilakukan oleh orang dewasa). Memang saya tidak bisa memastikan apakah para karyawan ini (= orang dewasa ini) dulu pada saat kecil juga sudah punya perilaku seperti itu : kalau sedang terburu-buru maka jadi asal-asalan / sembarangan / tidak disiplin.

--------------------

Tiba-tiba saja bayangan wajah para dosen Psikologi saya dulu (ketika saya masih duduk di bangku kuliah). Beliau-beliau menjelaskan bahwa antara masa kanak-kanak sampai remaja, dewasa, lanjut usia itu merupakan suatu kontinum.  Artinya, berkesinambungan. Termasuk, dalam hal perilaku. (Tentu saja, proses belajar sosial / pengalaman hidup juga mempengaruhi. Tetapi hal-hal dari masa kecil toh selalu saja ada yang dibawa di masa-masa berikutnya).

Jadi, apakah beberapa anak yang sedang terburu-buru dan karena itu memarkir tasnya sembarangan juga akan melakukan hal seperti itu di masa dewasa-nya kelak ? Tentu saja, saya (lagi-lagi) tidak tahu.

Setidaknya, masih ada jauh lebih banyak anak-anak yang meskipun juga sedang terburu-buru (karena sekolahnya sama, jadi sama-sama lelah, sama-sama lapar, sama-sama haus) tetap tertib dalam memarkir tasnya.

Adapun satu atau dua atau tiga oknum yang pada saat sedang terburu-buru menjadi sembarangan juga dalam perjalanan hidupnya bisa berubah lebih baik.

--------------------

Sebagai orang tua, kita memang wajib merenung dan memperhatikan : anak kita termasuk yang golongan mana ? Termasuk yang walaupun sedang terburu-buru tetap tertib dan rapi, atau termasuk yang ketika sedang terburu-buru menjadi sembarangan ?

Hal ini dapat diamati dengan perilakunya di rumah dalam keseharian.

Dengan mengetahui hal itu maka sebagai orang tua kita bisa memberikan pendampingan sambil menemani anak kita.

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak supaya tetap disiplin dan tidak sembarangan walaupun pada saat sedang terburu-buru.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh  Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.
 
 
  
 
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific Photography for  Communication & Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).

Selasa, 25 September 2012

DISIPLIN = DOA, SEDERHANA, RUTIN / TERUS-MENERUS


Satu keluarga sedang berfoto bersama di Lapangan Simpang Lima Semarang pada suatu hari Minggu pagi.

Membuat acara keluarga untuk menemani anak dan mendukung kreativitasnya tidak harus dilakukan di tempat-tempat wisata yang jauh. Yang penting adalah dilakukan dengan disiplin dan bukan hanya kadang kala saja (= tidak impulsif).

Foto di atas diambil secara candid dan merupakan adegan / peristiwa yang sesungguhnya (bukan peragaan).

------------------------------ 


Dalam interaksi saya dengan para orang tua anak / remaja, saya menjumpai beberapa orang tua yang pada awalnya sangat menggebu-gebu ingin melakukan ini dan itu. Contohnya, ingin berburu foto bersama keluarganya ke tempat-tempat yang jauh dan indah.

Tentu saja, sebagai orang yang memberikan konsultasi dan bimbingan di bidang scientific photography & article writing saya tidak (berwenang) melarang cita-cita para orang tua itu, karena cita-cita itu baik adanya : berkegiatan bersama seluruh anggota keluarga.

Tetapi karena ada yang karena kesibukan kerjanya maka cita-cita itu hanya tinggal cita-cita saja, maka saya membuat tulisan edisi kali ini.

--------------------

Disiplin. Itulah kata yang tepat untuk menemani anak. Dan dikaitkan dengan kesibukan kerja sehari-hari, maka disiplin berarti bahwa kegiatan menemani anak ini diawali dengan doa untuk mohon bimbingan dan perlindungan Tuhan Yang Mahaesa. Maksudnya jelas, kita sebagai orang tua sadar bahwa segala sesuatunya hanya dapat terlaksana apabila memang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Disiplin juga berarti bahwa kegiatan itu sederhana. Ukuran sederhana ini berbeda-beda untuk satu orang dan orang yang lain. Tetapi ada ukuran yang sama, yaitu bahwa kegiatan menemani anak supaya kreatif ini haruslah sedemikian rupa sehingga bahkan ketika kesibukan kerja sedang tinggi, program kegiatan ini dapat tetap dijalankan.

Contohnya begini. Membuat rencana berburu foto (scientific photography) setiap hari Minggu ke luar kota bersama seluruh keluarga adalah baik. Tetapi pada saat (kebetulan) ada undangan resepsi pernikahan kenalan pada hari Minggu di dalam kota (misalnya), maka kegiatan berburu foto ini harus dimodifikasi sehingga tetap bisa berjalan dengan keterbatasan waktu yang ada.

Maksudnya bagaimana ?

Maksudnya adalah : kalau tadinya direncanakan setiap hari Minggu berburu foto di luar kota, maka karena ada acara di hari Minggu kegiatan berburu foto dialihkan di dalam kota. Sepertinya ini sederhana. Tetapi kenyataannya tidak. Ini memerlukan komunikasi & komitmen bersama antara anak dan orang tua. Supaya tidak terjadi "daripada cuma di dalam kota, lebih baik tidak usah dulu". Sebab, saya sudah bertemu dengan keluarga yang punya prinsip seperti ini (ditunda dulu saja minggu depan, karena ada acara), yang akhirnya kegiatan menemani anak ini tidak kunjung ada kemajuan karena kurang sederhana & kurang fleksibel.

--------------------

Unsur yang lain adalah : rutin / terus-menerus.

Dalam kegiatan apapun, pada awalnya selalu penuh dengan semangat. Tetapi di tengah jalan biasanya muncul rasa jenuh / bosan. Ini harus diatasi. Antara lain dengan ke-sederhana-an tadi. Kalau pada awalnya dengan penuh semangat setiap hari Minggu mau berburu foto ke luar kota bersama seluruh keluarga, lalu lambat laun badan terasa lelah / kalau hari Minggu ingin istirahat di rumah saja, maka acara berburu foto dilakukan di dalam kota saja. Dalam hal ini memang diperlukan juga tujuan yang jelas tentang manfaat yang akan didapat baik oleh anak maupun orang tua. Kalau tujuan yang jelas itu memang baik dan layak untuk diperjuangkan, maka anak dan orang tua akan sama-sama punya satu pandangan bahwa rasa jenuh / bosan ini harus dilawan karena kegiatan ini memang memerlukan perjuangan. Pengalaman menunjukkan bahwa setelah periode rasa jenuh / bosan ini terlewati dengan selamat, maka kegiatan berburu foto bersama keluarga ini akan menjadi suatu kebiasaan yang baik yang dapat terus dinikmati dan berjalan rutin meskipun tidak lagi terlalu menggebu-gebu seperti pada awal-awalnya.

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak secara disiplin. Disiplin = doa, sederhana, rutin / terus-menerus (sampai menjadi suatu ke-biasa-an).

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----
Foto dan tulisan oleh  Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.
 
 
  
 
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific Photography for  Communication & Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).