Kamis, 30 Agustus 2012

MENEMANI ANAK - BERKUNJUNG KE PANTI ASUHAN




Foto ini dibuat di Panti Asuhan "Wikrama Putra" di Ngaliyan, Kota Semarang. Saya tidak sengaja menemukan foto lama ini ketika sedang menata ulang tumpukan foto lama di rumah. Mungkin dibuat tahun 2005-an.

--------------------

Berkunjung ke panti asuhan bersama anak merupakan salah satu kegiatan yang baik untuk dibiasakan. Tentu saja, sejak masih di rumah / belum berangkat, anak sudah diberi penjelasan bahwa kita akan mengunjungi teman-teman kita yang tinggal di panti asuhan. Nah, tergantung pada umur anak dan daya tangkap anak, orang tua dapat memberikan penjelasan kepada anak apa panti asuhan itu dan mengapa ada teman-teman kita yang tinggal di panti asuhan.

--------------------

Hal yang menjadi tantangan bagi kita sebagai orang tua pada saat mengajak anak berkunjung ke panti asuhan adalah bahwa anak (dan juga kita) bisa bermain bersama mereka (teman-teman di panti asuhan) dan tidak mengambil jarak dengan mereka.

Dengan bermain bersama dengan teman-teman di panti asuhan, anak kita (terutama apabila kita mulai mengajak anak bermain ke panti asuhan sejak usia 5 atau 6 tahun) akan merasa akrab dengan mereka, dan secara perlahan anak kita beritahu arti dari anak panti asuhan : bahwa mereka adalah teman-teman kita yang tidak memiliki ayah dan ibu, karena itu ayah dan ibunya adalah para pengasuh di panti asuhan.

Secara praktis, dalam diri anak akan timbul rasa kasih yang lebih besar kepada teman-temannya yang ada di panti asuhan, dan juga di dalam diri anak timbul rasa syukur yang lebih besar karena anak memiliki ayah dan ibu. Intinya, di dalam diri anak ditumbuhkembangkan sikap bahwa semua itu adalah anugerah Tuhan dan bahwa kita hidup harus saling tolong-menolong dalam kasih.

--------------------

Dari pengalaman juga, ternyata anak pada saat ulang tahun tidak melupakan teman-temannya di panti asuhan. Artinya, selain membagi-bagikan makanan untuk teman-teman satu kelas di sekolahnya, anak juga berkeinginan membagi-bagikan makanan untuk teman-temannya di panti asuhan.

Bahkan, pada saat anak sudah kelas 5 atau 6 SD, anak bisa berkeinginan bahwa ulang tahunnya tidak usah dirayakan, tetapi dananya diserahkan saja ke teman-teman di panti asuhan untuk membeli buku, membeli pakaian, dan sebagainya. (Ini berdasarkan pengalaman yang sudah ada). Anak sudah secara alamiah memiliki kepeculian sosial karena sejak kecil sudah dikenalkan dengan teman-temannya yang ada di panti asuhan.

-------------------------

Sebenarnya, bersama dengan anak, kita (orang tua) juga bisa belajar hal yang lain lagi di panti asuhan : tentang usaha dilandasi doa, dan tentang ke-percaya-an kepada Tuhan Yang Mahaesa bahwa Dia-lah yang mengatur segalanya menjadi baik.

Dalam banyak kesempatan bertemu dengan pengelola panti asuhan, ada kesan yang mendalam yang bisa kita tangkap tentang hal itu. Para pengelola panti asuhan ini selalu mengatakan bahwa kalau dihitung secara manajemen, panti asuhan ini tidak bisa jalan, karena pemasukan tetapnya jauh lebih kecil daripada pengeluarannya. Tetapi selalu saja ada orang datang memberikan bantuan. Tuhan mengatur semuanya menjadi baik, asalkan kita berdoa dan berupaya. 

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak sekaligus belajar bersama anak dari para pengelola panti asuhan. Selamat menumbuhkan sikap kasih kepada saudara-saudara dan teman-teman kita di panti asuhan.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o----- 

  • Foto oleh Susana Adi Astuti.
  • Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph, Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri, dan Praktisi Perbankan.  
       

Selasa, 28 Agustus 2012

KOMBINASI SENI TERAPAN



Kombinasi seni terapan ? Barangkali para pembaca yang budiman ada yang mengernyitkan dahi ----- berpikir dan bertanya-tanya ---- apa maksudnya.

Memang, saya menuliskan judul ini karena terdengar enak di telinga. Tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah kombinasi antara yang tradisional dengan yang modern dalam hal karya seni yang praktis dipakai sehari-hari.

--------------------

Suatu siang, saya diajak oleh direksi (para direktur) sebuah bank ke salah satu restoran yang baru dibuka 3 bulan lalu di Kota Semarang.

 
Sebagai orang yang diajak, saya mengikuti saja. Saya melihat, restoran ini cukup besar, dengan penataan yang mengedepankan nuansa tradisional / pedesaan, dengan banyak kolam ikan di tengah restoran, dan genting yang ditutupi jerami. Juga, ada becak sungguhan yang diparkir di dekat pintu ruang customer service, selain lampu-lampu tradisonal teplok / sentir yang dipasang pada tiang-tiang bangunan terbuat dari kayu.

 
Lampu tradisional teplok / sentir ini seharusnya menggunakan bahan bakar minyak tanah. Sumbunya  disulut dengan korek api untuk menyalakannya.

Tetapi di restoran ini, teplok / sentir ini sudah dikombinasikan dengan bola lampu dan kabel listrik PLN. Sehingga, tidak diperlukan lagi adanya minyak tanah, sumbu, dan nyala api dari korek api untuk menyalakannya. Cukup dengan saklar listrik saja.

 
Masih di restoran ini. Lampu-lampu penerangan yang digunakan adalah lampu yang modern, tetapi dengan diberi kerudung / tutup yang terbuat dari anyaman bambu (terkesan tradisional).

----------

Sekarang saya akan cerita tentang restoran lain, yang biasa saya kunjungi bersama keluarga.

Di restoran ini, ada tempat cuci tangan (di pekarangan depan restoran) berupa pompa air "Dragon" kuno. Kesannya jadi antik. Khawatir harus susah payah "menimba air" dengan pompa "Dragon" ?

Tidak perlu khawatir ! Tinggal buka kran air (modern) yang secara khusus dipasang di pompa "Dragon" itu, maka otomatis air akan mengalir. Yang memompa adalah pompa air (modern) "Sanyo".

Sayangnya, saya belum membuat fotonya....

----------

Dulu ---- ketika saya masih SD, tahun 1970-an ----- saya suka sekali membaca cerita Wayang Mbeling di koran Suara Merdeka - Minggu Ini (seingat saya, dulu terbit setiap hari Rabu).

Di cerita Wayang Mbeling ini, dikisahkan cerita-cerita wayang tradisional tetapi dengan alat-alat modern : tokoh wayang membawa senapan otomatis, pistol, mengendarai tank tempur, dan sebagainya.

Saya tahu, ada yang berpendapat bahwa Wayang Mbeling ini merusak pakem wayang tradisional. Saya tidak bermaksud membela atau tidak membela. Saya hanya mengatakan bahwa sebagai anak kecil ---- duduk di bangku SD ----- saya suka dan menikmati hal-hal kreatif seperti ini : unik, dan karena itu menarik.

Catatan : Ketika itu, setiap hari Minggu siang ----- saya ingat ----- juga ada siaran radio seperti Wayang Mbeling ala Suara Merdeka - Minggu Ini. Seingat saya, di Radio Radiks 99 Semarang. Sekarang namanya Radio Best FM. Tetapi sekarang sudah tidak ada siaran Wayang Mbeling-nya lagi.

----------

Saya tidak bermaksud mengajak Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak untuk merusak pakem seni tradisional. Tetapi zaman saya masih sekolah di SMA Kolese Loyola Semarang (1986-1989), saya sering menulis skenario dan menyutradarai plus ikut jadi pemain cerita-cerita Ande-Ande Lumut dan sebagainya, dengan modifikasi : tokoh-tokohnya menggunakan alat-alat modern. Memang, tujuannya waktu itu sederhana : pokoknya lucu, menarik perhatian, dan membuat penonton tertawa senang.

Tetapi saya memang melihat bahwa kemampuan mengkombinasikan seperti ini sangat bermanfaat ketika seseorang sudah dewasa / berada dalam dunia kerja. Dia akan terbiasa menggabung-gabungkan yang lama dengan yang baru, sehingga tercipta kombinasi-kombinasi unik yang bermanfaat untuk memecahkan masalah. Contohnya : dia punya pengalaman / keahlian mempersuasi orang lain, karena dia memang seorang marketing (dulunya). Karena keadaan, dia sekarang bekerja sebagai HRD yang biasanya berkesan kaku, keras, tidak ramah, tukang pecat, dan sebagainya. Nah, dia meng-kombinasi-kan ke-marketing-annya (dulu) dengan ke-HRD-an yang sekarang harus dijalankannya. Dia selalu menjelaskan dan memasarkan ide-ide / peraturan perusahaan kepada para karyawan dan menjelaskan apa keuntungannya bagi mereka. Dia juga menjelaskan dengan sejelas-jelasnya terms and conditions apa aja yang kalau dilanggar membuat karyawan dipecat ----- dan menuangkannya dalam bentuk Surat Perjanjian Bersama ----- sehingga kalau ada karyawan yang nakal / melanggar terms and  conditions maka yang memecat karyawan itu adalah karyawan itu sendiri (karena sudah tahu risikonya dan sudah menandatangani Surat Perjanjian Bersama).

Ini adalah kisah / pengalaman nyata, dengan hasil yang nyata pula, dan sudah dijalankan sekitar 11 (sebelas) tahun di berbagai perusahaan. Saya tahu betul. Karena saya yang menjalankannya.

Apa yang biasa ditemui, apa yang biasa diperhatikan, apa yang berkesan di hati, dalam hal ini meng-kombinasi-kan beberapa hal, memang mempengaruhi pola pikir ketika sudah dewasa.

----------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak untuk memperhatikan kombinasi-kombinasi yang ada di sekitar kita.

Selamat menemani anak untuk membuat kombinasi-kombinasi yang unik dan bermanfaat, sebab kebiasaan / pola pikir / ketrampilan ini akan terus terbawa ketika sudah dewasa.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesi nomor  03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri, dan Praktisi Perbankan.

Senin, 27 Agustus 2012

MENEMANI ANAK DENGAN FOTOGRAFI - MULAI DENGAN KAMERA YANG PRAKTIS DAN MUDAH

KAMERA SLR "YASHICA FX-3 SUPER". 
Kamera ini masih menggunakan film, bukan kamera digital.

Ada Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang bertanya kepada saya tentang potret-memotret. Kebetulan, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak ini memang bukan orang yang selama ini akrab dengan potret-memotret, tetapi ingin bisa menggunakan fotografi sebagai salah satu berkegiatan bersama anak.

Pertanyaannya biasanya mengenai kamera. Kamera apa yang cocok untuk tujuan kegiatan kebersamaan keluarga seperti ini (bukan untuk tujuan menjadi fotografer profesional). 

Saya menjawab bahwa untuk tujuan kegiatan kebersamaan keluarga, yang penting adalah semua setiap orang dalam keluarga tersebut (ayah, ibu, termasuk anak yang usia 6 tahunan) bisa menggunakan kamera yang dibeli dan hasil fotonya pasti jadi.

Kalau untuk keperluan seperti itu, saya menyarankan menggunakan kamera pocket yang mudah digunakan, dan harganya pun tidak semahal kamera SLR (Single Lens Reflex).

Contoh kamera SLR terlihat pada gambar paling atas. Ini adalah kamera SLR kuno yang menggunakan film. Bukan kamera digital. Saya sendiri belajar dasar-dasar fotografi dengan kamera ini (waktu itu belum zamannya kamera SLR digital. Kalaupun sudah ada, harganya masih mahal sekali). Keunggulan dari kamera SLR seperti ini adalah bisa menghasilkan foto "bokeh". Ini adalah istilah yang diberikan untuk foto yang bagian tertentu saja yang jelas, sedangkan bagian yang lainnya (latar belakang) sengaja dibuat kabur.

Foto "bokeh" memang terlihat seperti hasil jepretan fotografer profesional. Tetapi untuk tujuan kegiatan bersama keluarga, menurut saya yang lebih penting / utama adalah semua bisa memotret dengan senang, semua bisa membuat foto kenangan, dan pasti jadi. 

Karena itu, saya menyarankan "bokeh" atau "tidak bokeh" untuk keperluan kegiatan bersama keluarga tidak menjadi masalah. Yang harus dilatih justru adalah belajar mengambil sudut pandang foto yang bagus. Supaya kenangan yang diabadikan jadi lebih indah.    

KAMERA POCKET "FUJI - BONAZOOM".
Kamera ini juga masih menggunakan film, bukan kamera digital.

Anak saya saya belikan kamera pocket Fuji Bonazoom ketika berumur 6 tahun. Ini memang masih kamera yang pakai film. Maklum, waktu itu harga kamera digital (yang tidak pakai film) masih mahal sekali, sekalipun yang jenisnya pocket (apalagi yang SLR !). 

Dengan kamera ini, anak saya berlatih berburu foto. Artinya, melakukan perjalanan ke beberapa objek wisata (tidak harus ke luar kota), dan harus membuat perencanaan : di objek yang ini bikin foto berapa kali, di objek yang itu bikin foto berapa kali, dan sebagainya. 

Memang, dengan kamera pocket non-digital perencanaan harus lebih matang karena satu rol film hanya bisa untuk membuat 36 foto. Ini berbeda dengan kamera pocket digital yang tidak memakai film : hasilnya bisa langsung dilihat, bisa di-delete (dihapus), dan bisa memotret sampai ratusan gambar.

Karena itu, saya menyarankan : sekarang ini karena harga kamera pocket digital cenderung murah, silakan beli saja kamera pocket digital. Memang harga kamera pocket non-digital lebih murah, tetapi setiap kali harus beli film, dan harus cuci-cetak film, sehingga akhirnya jadi mahal juga.

KAMERA POCKET "AIKON".
Merek kamera ini kurang dikenal. Ini merupakan kamera dengan film, bukan digital.

Ini adalah kamera darurat yang selalu saya bawa (sampai tahun 2003-an). Mereknya tidak begitu terkenal, tetapi saya memang suka dengan bentuknya yang mungil. Ke mana saja selalu saya bawa. Jadi, setiap ada momen yang bagus (menurut saya) bisa saya potret.

KAMERA POCKET DIGITAL "NIKON COOLPIX L3".
5.1 Mega Pixels.

Kamera pocket digital Nikon Coolpix ini saya pakai tahun 2007-an. Kecil dan praktis. Ada banyak sekali foto yang dibuat dengan kamera ini : oleh saya, istri saya, bahkan anak saya. 

Kamera-kamera pocket digital seperti ini sungguh mudah penggunaannya, dan dijamin pasti jadi. Maksudnya, foto yang dihasilkan pasti jelas gambarnya. 

Saya justru menyarankan bahwa keluarga yang sedang belajar memotret bersama menggunakan kamera sejenis ini. 

KAMERA DIGITAL "KODAK EASYSHARE ZD710".
7.1 Mega Pixels.

Kodak Easy Share ini saya pakai tahun 2009-an. Fasilitasnya lebih komplit, tetapi penggunaannya juga cukup mudah. Sampai sekarang saya masih membawa kamera ini ke mana saja, terutama untuk tujuan memotret secara candid alias diam-diam.

KAMERA DSLR "CANON EOS 550D".
18.0 Mega Pixels.

Ini adalah kamera SLR digital. Memang kelasnya bukan untuk fotografer profesional, tetapi setingkat di atas kamera SLR Canon EOS 1100D. (Kamera Canon EOS 1100D biasa disebut kamera SLR entry level yaitu untuk yang baru mulai belajar memotret dengan kamera SLR. Canon EOS 1100D "sekelas" dengan Nikon D3100 : sama-sama untuk kelas pemula).

Akan tetapi, kalau anak Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak sudah duduk di kelas SMP, membeli kamera SLR Canon EOS 1100D atau Nikon D3100 juga merupakan pilihan yang baik. Sebab, anak sudah cukup umur untuk belajar memotret dengan kamera SLR (bisa membuat foto "bokeh"), meskipun bodi kamera ini cukup berat (kurang cocok untuk anak SD). Adapun bagi ayah atau ibunya ----- kalau tidak sempat belajar memotret dengan mengatur secara manual bukaan diafragma maupun kecepatan shutter-nya, bisa dengan mudah memotret dengan mode full-automatic. Foto pasti jadi).

 MAJALAH FOTOGRAFI.
Sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan sangat membantu untuk berlatih fotografi secara otodidak bersama anak.

Beberapa orang Bapak (kebetulan saya belum "menemukan" yang berstatus Ibu) mengatakan dengan terus terang kepada saya bahwa malas dan menyerah kalau harus membaca tulisan yang banyak. Lebih efektif kalau mendengarkan saya bercerita. 

Saya bisa memahami hal ini. Dan khusus untuk belajar potret-memotret bersama seluruh keluarga, saya menganjurkan untuk tetap beli majalah fotografi. Misalnya, majalah Digital Camera. Mengapa ?

Karena majalah-majalah fotografi ini menampilkan banyak foto yang indah-indah, yang tidak mungkin saya ceritakan secara lisan. Juga, majalah seperti ini lebih banyak gambar / fotonya daripada tulisannya. Jadi, buat yang malas membaca tulisan yang banyak, tidak ada masalah (karena tulisannya tidak banyak-banyak amat). 

 BUKU TENTANG DISAIN LOGO.

Ini memang bukan buku tentang fotografi. Tetapi saya banyak menggunakan buku ini untuk menemani / mendampingi orang belajar fotografi, utamanya mengenai disain komposisi dan warna.

 FOTO "BOKEH".

Foto yang dibuat dengan kamera SLR "YASHICA" non-digital (masih menggunakan film) FX-3 Super. Hanya bagian tertentu yang dibuat jelas, bagian lainnya sengaja dibuat kabur.


FOTO "BOKEH".

Foto yang dibuat dengan kamera SLR "YASHICA" non-digital (masih menggunakan film) FX-3 Super. Hanya bagian tertentu yang dibuat jelas, bagian yang lain sengaja dibuat kabur.


 FOTO "BOKEH".

Bagian tertentu dibuat jelas, bagian yang lain (latar belakang) sengaja dibuat kabur. Dibuat dengan kamera SLR non-digital (masih memakai film) "YASHICA FX-3 SUPER" dengan film FUJI ASA 200, Yashica Lens 50 mm, f/8, 1/125. Foto dibuat tanggal 16 Mei 2004.



 FOTO "BOKEH".

Bagian tertentu dibuat jelas, bagian yang lain (latar belakang) sengaja dibuat kabur. Dibuat dengan kamera SLR non-digital (masih memakai film) "YASHICA FX-3 SUPER" dengan film FUJI ASA 200, Yashica Lens 50 mm, f/22, 1/125. Foto dibuat tanggal 16 Mei 2004.




 FOTO "BOKEH".

Bagian tertentu dibuat jelas, bagian yang lain (latar belakang) sengaja dibuat kabur. Dibuat dengan kamera SLR non-digital (masih memakai film) "YASHICA FX-3 SUPER" dengan film FUJI ASA 200, Yashica Lens 50 mm, f/1.7, 1/125. Foto dibuat tanggal 16 Mei 2004.

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat melakukan kegiatan potret-memotret bersama seluruh keluarga : bergantian dipotret dan bergantian memotret. Dengan demikian tercipta kenangan-kenangan manis yang diabadikan dengan cara gotong-royong oleh seluruh keluarga. Pakai kamera yang praktis dan murah juga OK....

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

NB : Tulisan ini tidak bermaksud menghalangi kegiatan potret-memotret dengan menggunakan kamera Handphone. Tulisan tentang potret-memotret menggunakan kamera Handphone sudah pernah kami tulis di blog ini, di bulan Mei 2012 atau Juni 2012. Silakan menikmati. Hasilnya pun bagus-bagus.  



-----o0o-----

  • Koleksi kamera milik Constantinus Johanna Joseph / Bernardine Agatha Adi Konstantia / Susana Adi Astuti (HOLIPARENT STUDIO '89)
  • Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri / Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.

Minggu, 26 Agustus 2012

KOLAM IKAN



Kolam ikan.... Sebagai lulusan Akuakultur / Perikanan Undip, saya (istri saya juga) sering prihatin kepada diri sendiri bahwa kami tidak pernah memelihara ikan, baik untuk dibudidayakan maupun untuk sekedar hiasan di akuarium. Toh, mata kami masih hijau kalau melihat laut, kalau melihat sungai, kalau melihat kolam ikan. Seperti ada kerinduan tersendiri....

----------

Salah satu tempat favorit kami (yang sering kami kunjungi, rata-rata 1 sampai 2 kali dalam seminggu) adalah Toko Buku Gramedia di Jalan Pandanaran Semarang. Sebab, selain berjualan buku (namanya juga toko buku !), di pekarangan depan toko ini juga ada kolam ikannya.

Dan, seperti sudah disebutkan di atas, mata saya dan istri saya selalu hijau   kalau melihat  kolam ikan (yang ini kolam ikan hias, bukan kolam ikan budidaya. Tetapi bagi kami sama saja : sama-sama sejuk untuk dinikmati). 


 Jadi, kami memang biasa duduk-duduk di tepi kolam ikan ini (gratis dan tidak dilarang). Bikin foto-foto juga. Dan tentu saja, anak saya ikut senang juga nongkrong di sini.

----------

Ketika kita berjalan-jalan, ada baiknya kita selalu melatih diri untuk peka dalam melihat-lihat ada objek / benda apa yang dapat digunakan sebagai alat peraga bagi kita untuk menjelaskan sesuatu pengetahuan kepada anak.


  Air mancur di kolam ikan. Selain untuk keindahan, juga berpengaruh pada kualitas air : menambah kadar oksigen terlarut dalam air.

Kolam ikan hias lengkap dengan air mancur dan water fall misalnya. Ini banyak terdapat di berbagai mall (juga di Toko Buku Gramedia - Pandanaran Semarang).


Water Fall pada dinding di atas kolam. Sama seperti air mancur yang terletak di tengah kolam, water fall ini juga berfungsi ganda : untuk keindahan dan untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air kolam.
Sambil mengistirahatkan kaki dengan duduk-duduk di tepi / dekat kolam ikan ini, anak bisa dijelaskan bahwa ikan juga perlu oksigen untuk hidup (seperti halnya manusia), bahwa berbeda dengan manusia, ikan mengambil oksigen yang terkandung di dalam air yang disebut dissolved oxygen, bahwa kandungan dissolved oxygen di dalam air tergantung pada suhu, tekanan udara, biota yang ada di dalam air, dan juga water fall / air mancur / aerasi (water pump) / aliran air yang mengalir.


 Dengan demikian anak menjadi tahu bahwa air mancur dan water fall itu bukan sekedar hiasan saja, tetapi memang ada gunanya yang lain secara ekologi perairan, yaitu membawa oksigen yang tadinya berada di udara terbuka menjadi terjebak / terlarut di dalam air (menjadi dissolved oxygen) berbarengan dengan gemericik / grojogan air yang masuk ke dalam badan air di kolam itu.

Dengan demikian, anak akan bertambah pengetahuannya dan juga terbiasa berpikir lateral bahwa sesuatu itu bisa memiliki kegunaan yang lain selain kegunaan yang terlihat. Dalam kasus air mancur dan water fall kolam ikan hias tadi, selain berfungsi untuk keindahan, juga berfungsi secara ekologis yaitu meningkatkan kandungan dissolved oxygen.


Anak akan terlatih dan terbiasa untuk selalu menemukan dan mendisain lebih dari satu kegunaan dalam setiap kejadian. Anak akan terlatih dan terbiasa memiliki sudut pandang yang orisinil / kreatif  yang melengkapi (bukan meniadakan / menentang) pendapat / sudut pandang yang sudah ada / sudah dipakai selama ini.

----------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak dengan contoh-contoh / alat peraga nyata yang ada di sekitar kita, sehingga anak memiliki ketrampilan dan kebiasaan untuk senantiasa mencari dan menemukan makna / nilai / value lain dari yang selama ini sudah diketahui. Anak akan diakui sebagai orang yang kreatif.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Constantinus Johanna Joseph adalah Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia dengan nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Sosial, Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri, dan Praktisi Perbankan.