Sabtu, 22 September 2012

Menemani Anak : MENGGUNAKAN ANGKUTAN UMUM


Ketika istri saya bercerita bahwa ada anak salah satu kenalannya yang tidak mau berangkat sekolah naik angkutan umum (kebetulan mobil pribadi milik orang tua anak itu sedang rusak), saya hanya diam saja. 

Mungkin istri saya ingin tahu bagaimana pendapat saya tentang anak yang tidak mau naik angkutan umum seperti itu.

Saya diam saja, sebab saya memang tidak mau gegabah menyalahkan anak itu, yang tidak mau naik angkutan umum ke sekolah (= maunya selalu naik mobil pribadi). Sebab saya percaya bahwa anak tidak akan dengan tiba-tiba berperilaku seperti itu.

Maksud saya begini. Apakah selama ini orang tua anak itu  sudah memberi contoh   untuk tidak selalu tergantung pada mobil pribadi ketika bepergian ?

--------------------

Naik angkutan umum bagi (anak) yang belum terbiasa melakukannya memang tidak selalu mudah. Duduk bersama / berdesak-desakan dengan penumpang lain, plus aroma bau badan sekian banyak orang yang tidak dikenal (= penumpang lain), apalagi di saat panas terik tidak ada AC-nya memang bisa membuat nyali jadi ciut.  Belum lagi takut kecopetan. Atau ketularan flu atawa panu. Bahkan takut telat sampai sekolah juga bisa terjadi.

Saya sejak TK sampai kuliah naik angkutan umum. Tidak pernah telat. Tetapi istri saya bercerita, dulu  dia yang biasa diantar sopir ke sekolah naik mobil pribadi  malah beberapa kali telat.

Sebenarnya, bukan sopir atau mobil pribadinya yang membuat telat. Tetapi anak / orang itu sendiri yang membuat telat (bangun kesiangan dan sebagainya). Naik mobil pribadi maupun naik angkutan umum sama-sama bisa telat. Sama-sama bisa tidak telat juga.

Hanya saja, kalau terbiasa naik angkutan umum, anak / orang akan terlatih untuk disiplin dan membuat perencanaan yang matang supaya tidak telat, sebab angkutan umum tidak bisa disuruh-suruh semau kita sendiri (kecuali angkutan umum yang bernama taksi !).

--------------------

Kalau tidak ada rencana rapat dengan Bank Indonesia atau Dinas Tenaga Kerja atau dengan tamu di luar kantor, saya masih biasa ke mana-mana naik angkutan umum. Sebenarnya, ke Bank Indonesia naik angkutan umum juga tidak dilarang. Tetapi kalau rapat dengan Bank Indonesia 'kan saya harus pakai dasi dan jas. Nah, kalau naik angkutan umum sambil pakai dasi dan jas memang terlihat "terlalu menarik perhatian".

Ke mana-mana masih naik angkutan umu (sepanjang tidak pakai dasi dan jas, supaya tidak jadi perhatian penumpang lain) memang sengaja saya lakukan karena  ada unsur pendidikan untuk anak.  

Anak biasa meniru tingkah laku orang tuanya. Kalau orang tuanya pernah menunjukkan perilaku lebih baik tidak berangkat kerja kalau tidak ada mobil, maka anak juga akan demikian pula.

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak untuk tidak terlalu lekat dengan mobil pribadi atau sejenisnya. Selamat menemani anak untuk berani naik angkutan umum.  Selamat menemani anak untuk bersosialisasi sambil naik angkutan umum. Tentu saja, anak juga perlu diberitahu : (1) Jangan memakai perhiasan emas yang menyolok. (2) Jangan "mainan" BlackBerry atau HP di jalan (potensial dirampas orang). (3) Dan sebagainya.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.
 
 
  
 
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific Photography for  Communication & Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).