Minggu, 02 September 2012

MENEMANI ANAK - BELAJAR DENGAN MENGETAHUI KEGUNAANNYA


Ketika jalan-jalan di hari Minggu misalnya, anak dapat kita ingatkan bahwa benda-benda yang kita lihat secara langsung di pinggir jalan (seperti pada gambar di atas) sejatinya adalah bangun-bangun yang (kemarin) dipelajari dalam pelajaran Matematia : menghitung luas sisi, menghitung volume, dan sebagainya.

Dengan demikian anak terbiasa mengaitkan apa yang dipelajari di atas kertas (dalam buku pelajaran) dengan apa yang sehari-hari ditemui dalam hidup sehari-hari. 

------------------------------ 




Menemani Anak : Belajar dengan "Apa Kegunannya".

Beberapa hari lalu, anak saya ----- duduk di kelas VIII SMP ----- bertanya kepada saya, relasi, fungsi, korespondensi satu-satu itu gunanya untuk apa. Kebetulan, anak saya sedang belajar Matematika tentang hal itu di meja belajarnya. Maka, saya pun bercerita untuknya, bahwa tombol power on - off pada televisi kita di rumah adalah penerapan dari relasi / fungsi yang dipelajari dalam Matematika itu. Bahwa kalau tombol itu ditekan ketika televisi sedang mati, maka fungsi yang bekerja adalah on / hidup (maka televisi menjadi hidup). Bahwa kalau televisi sedang on / nyala, kemudian tombol itu ditekan, maka fungsi yang bekerja adalah off / mati (maka televisi menjadi mati).  Saya katakan bahwa dalam hal ini, fungsinya bukan korespondensi satu-satu karena tombol itu berfungsi ganda (dua macam) : untuk menyalakan dan untuk mematikan.

Saya juga bercerita lagi, bahwa contoh korespondensi satu-satu ada pada tombol lampu pada jam tangan digital : kalau ditekan, maka fungsi yang bekerja adalah on / hidup (maka lampu pada jam digital hidup). Jadi, tombol ini hanya berfungsi untuk satu hal saja : menghidupkan lampu.

Karena anak masih mendengarkan, maka saya juga bercerita bahwa ada satu tombol yang pasangannya / kegunaannya banyak. Ini kalau di Matematika adalah satu anggota domain / himpunan asal / X yang punya banyak pasangan pasangan di anggota kodomain / himpunan pasangan / Y. Contohnya, di jam tangan digital, ada tombol yang kalau ditekan 1 kali maka layar jam tangan menampilkan tanggal. Kemudian kalau ditekan 1 kali lagi (jadi sama saja ditekan 2 kali) maka menampilkan alarm. Kemudian kalau ditekan 1 kali lagi (jadi sama saja ditekan 3 kali) maka menampilkan stop watch. Ini sebagai contoh saja.

----------

Setelah saya bercerita demikian, anak saya jadi punya gambaran lebih nyata tentang apa gunanya belajar tentang relasi dan fungsi. Saya katakan kepada anak saya bahwa relasi dan fungsi harus dipelajari (dan diterapkan dalam hidup nyata) supaya ada ketertiban / keteraturan, bahwa kalau yang ini difungsikan maka hal apa yang akan terjadi. Ini juga akan menentukan   kemudahan (banyak hal menjadi otomatis) karena sudah jelas : untuk mendapatkan efek apa maka tombol / hal apa yang harus ditekan / dipakai / difungsikan.

Padahal, dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah akrab dengan tombol-tombol seperti ini, bukan ? Ada tombol lampu. Ada tombol televisi. Ada tombol bel pintu. Ada tombol lampu senter. Ada tombol-tombol komputer. Dan masih banyak lagi.

----------

Karena dikerja target untuk menyelesain tugas mengajarkan / menyampaikan materi yang harus selesai disampaikan dalam satu semester, anak perlu ditemani orang tuanya pada saat belajar sehingga orang tua dapat menceritakan hal-hal yang ditanyakan anak untuk memperjelas kegunaan dari hal / materi yang sedang dipelajari anak. Dengan demikian anak belajar bukan hanya supaya mendapatkan nilai ulangan yang baik saja, tetapi anak juga terbiasa berpikir praktis / mengaitkan apa yang sedang dipelajarinya dengan kegunaannya dalam hidup sehari-hari, sehingga anak tidak menganggap bahwa teori dengan kehidupan nyata itu adalah dua hal yang terpisah. Diharapakan anak nantinya juga akan secara naluri / kebiasaan menerapkan teori-teori yang sudah dipelajarinya dalam mengatasi masalah kehidupan / pekerjaan.

Catatan : Kebiasaan menerapkan  teori  yang sudah dipelajari ini juga saya alami secara pribadi.  Dulu, jauh sebelum saya belajar manajemen dan hukum serta psikologi,  ketika saya baru sebatas menyelesaikan ilmu dalam bidang Akuakultur / Perikanan, saya  menerapkan  teori tentang Tragedi Kebersamaan yang saya dapatkan di bangku kuliah sebagai prinsip dasar dalam menjalankan departemen yang menjadi tanggung jawab saya : bahwa peraturan itu harus ada, bahwa  peraturan itu harus ditegakkan, karena kalau tidak, maka akan terjadi malapetaka / musibah yang menima semua orang (yang melanggar peraturan maupun yang tidak melanggar peraturan), di mana dalam hal demikian maka yang tidak melanggar peraturan  mengalami kerudian ganda : pada saat yang melanggar peraturan mengambil keuntungan dengan melanggar peraturan, dia tidak ikut melakukan itu, tetapi pada saat akhirnya terjadi musibah / malapetaka maka dia ikut terkena musibah / malapetaka itu bersama-sama  dengan yang melanggar peraturan.

Teori tentang Tragedi Kebersamaan ini bercerita tentang penangkapan ikan di suatu perairan di luar negeri (saya lupa apa nama negaranya, tapi ini merupakan kisah nyata), yang dituliskan oleh Rognvaldur dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Perikanan (meskipun saya mengambil penelitian / skripsi di bidang Akuakultur, ketika itu saya juga harus menempuh kuliah Ekonomi Perikanan). Nah, di perairan itu sudah diberlakukan peraturan :  dilarang menangkap ikan pada bulan-bulan tertentu, yaitu pada bulan-bulan ketika ikan sedang  memijah, karena  penangkapan  di saat itu akan menyebabkan anak-anak ikan yang masih kecil-kecil ikut tertangkap (padahal akhirnya dibuang / tidak laku dijual) sehingga anak-anak ikan itu tidak sempat tumbuh sebagai ikan besar  (berukuran ekonomis). Tetapi ternyata tetap ada yang nekat  melanggar peraturan itu dengan tetap menangkap ikan  di bulan-bulan larangan tersebut, dan  pelanggaran ini dibiarkan alias peraturan yang sudah dibuat pemerintah ternyata tidak ditegakkan oleh pemerintah setempat. Maka, beberapa tahun kemudian di perairan tersebut ikan-ikan besar / berukuran ekonomis semakin berkurang (karena anak-anak ikan sudah ikut tertangkap oleh para pelanggar peraturan, dan dibuang begitu saja / tidak laku dijual).  Kemudian terjadilah malapetaka : para penangkap ikan di daerah itu tidak lagi dapat menangkap ikan karena  ikan ukuran ekonomis  sudah semakin menurun sekali jumlahnya. Pada saat itu, penangkap ikan yang  tidak melanggar peraturan mengalami kerugian ganda : dia tidak ikut-ikut menangkap ikan di bulan-bulan larangan, tetapi sekarang dia ikut terkena akibat / malapetaka yaitu jumlah tangkapan ikan menurun sekali.

----------

Selamat menemani anak.

Selamat bercerita kepada anak tentang makna / kegunaan apa yang sedang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak tidak berpikir bahwa belajar itu hanya untuk mendapatkan nilai ulangan yang baik saja.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh Consantinus Johanna Joseph, Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri, dan Praktisi Perbankan.

www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Studi 89"), yang memberikan Inspirasi Pendidikan Kreatif di bidang Sain, Fotografi, dan Kepenulisan.