Rabu, 15 Agustus 2012

YANG PENTING : BANYAK BERLATIH


Ketrampilan membuat simpul / tali-temali hanya bisa didapat melalui latihan / praktek secara terus-menerus. Latihan / praktek yang hanya dilakukan sesekali apalagi tidak dengan konsentrasi penuh hanya akan membuat bosan.

Ada orang yang langsung bisa membuat simpul / tali-temali dengan hanya sekali baca buku petunjuk dan langsung praktek. Ada orang yang harus membaca berkali-kali sebelum akhirnya paham bagaimana mempraktekkaannya. Itupun belum tentu langsung bisa.
Orang memang berbeda-beda daya tangkap dan bakatnya.

Yang penting adalah : jangan mudah bosan, jangan mudah menyerah, dan selalu berpikir untuk menemukan metode belajar yang paling cocok untuk mengejar "ketertinggalan" dari orang lain.

--------------------
 
Saya belajar Bahasa Inggris sejak SMP, sampai SMA, dan kuliah. Nyatanya, saya baru bisa ngomong Bahasa Inggris waktu hampir selesai kuliah. Bukan karena para guru saya yang tidak pandai, tetapi memang saya yang "pas-pasan" dalam kemampuan Bahasa Inggris.

Meskipun akhirnya saya bisa juga ngomong Bahasa Inggris ----- bahkan 80% pustaka skripsi Perikanan saya ber-Bahasa Inggris (dan saya terjemahkan sendiri), serta saya akhirnya bekerja di Bank BNI Bagian Ekspor-Impor & Jasa Transaksi Luar Negeri (yang menggunakan Bahasa Inggris secara lisan dan tulisan), serta di Texmaco Group saya juga bekerja di Bagian Pemasaran Ekspor (yang pasti harus bekerja menggunakan Bahasa Inggris) ----- belajar Bahasa Inggris sungguh merupakan proses perjuangan panjang yang harus saya jalani.

Semoga sekedar "sharing" pengalaman belajar Bahasa Inggris sejak masih SMP sampai saya dewasa ini dapat menyemangati anak-anak maupun orang tua yang bakat ber-Bahasa Inggrisnya "pas-pasan" seperti saya.

--------------------

Saya bisa ngomong dalam Bahasa Inggris ketika dalam suatu praktikum "block system" di Laboratorium Perikanan Undip di Pantai Kartini Jepara, saya harus belajar langsung dari Dosen asal Inggris. Namanya Doktor Tony Garthwaite dan Doktor Tony Taylor. (Tentang dua orang Doktor ini, sudah pernah saya tuliskan di blog ini sebelumnya. Kalau tidak salah, Mei atau Juni 2012). Mereka berdua ini adalah Doktor di bidang Teknologi Pasca Panen (Post Harvest Technology).

Nah, Doktor Tony Garthwaite dalam praktikum itu menjelaskan kepada saya bahwa "kalau mau bertanya tentang berapa lama" cukup katakan saja "how long have you been learning" atau "how long have you been working", dan sebagainya.

Luar biasa. Sejak itu, saya "tiba-tiba saja" bisa ngomong dalam Bahasa Inggris. Pokoknya, how long have you been ....-ing.

--------------------

Tentu saja, sebelum bertemu dengan Doktor Garthwaite saya sebenarnya juga sudah mati-matian belajar Bahasa Inggris. Saya sudah hafal macam-macam subjek dalam Bahasa Inggris : I, you, he, she, we, they. Saya tahu macam-macam bentuk waktu untuk kata kerja : make - made -made. Saya tahu bahwa gerund (misalnya : smoking) sama bentuknya dengan present continuous, tetapi penggunaannya berbeda.

Pokoknya, kalau sekedar ulangan tertulis pelajaran Bahasa Inggris, nilai saya lumayan juga.

Hanya saja, kalau ngomong Bahasa Inggris, saya waktu itu tidak bisa.

--------------------

Penyebab saya dulu tidak bisa ngomong dalam Bahasa Inggris adalah karena saya kurang latihan / praktek ngomong dalam Bahasa Inggris. Sebab, waktu itu saya takut kalau tidak sempurna. Juga, karena saya tidak "memegang erat" bentuk-bentuk praktis seperti yang diajarkan Doktor Tony Garthwaite tadi : pokoknya kalau mau tanya berapa lama, katakan saja how long have you been .....-ing dan sebagainya.

--------------------

Sekali lagi, tulisan kali ini bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa metode belajar - mengajar Bahasa Inggris yang digunakan di sekolah perlu diperbaiki. Sebab metode itu tentunya dibuat untuk sebagian besar anak / siswa yang mempunya kemampuan yang standar. Jujur saja, saya mengakui, bahwa kemampuan saya di bawah standar. Jadi, saya sendiri yang memang harus berjuang menemukan metode pelengkap yang cocok buat saya. 

Saya men-sharing-kan pengalaman sejak masa SMP saya seperti apa perjuangan untuk bisa ngomong dalam Bahasa Inggris (kalau seorang anak memang agak terbelakang dalam kemampuan ber-Bahasa Inggris seperti saya ini). Toh pada akhirnya saya juga bisa bekerja di bank pada bagian yang bekerja menggunakan Bahasa Inggris. Di BNI, saya biasa berkomunikasi lewat telepon dan komputer on line dengan petugas bank lain dari berbagai negara menggunakan Bahasa Inggris. Di Texmaco ----- di Jakarta, Kaliwungu (Kendal), dan Karawang ----- saya juga sehari-hari  ngomong dan menulis dalam Bahasa Inggris (karena banyak karyawan asing  yang tidak bisa ber-Bahasa Indonesia dengan lancar).

--------------------

Apakah prinsip yang penting banyak latihan, jangan takut (kalau) tidak sempurna, dan pegang erat prinsip-prinsip praktisnya  ini hanya cocok untuk belajar Bahasa Inggris ?

Jawabannya adalah : tidak.

Sebagai orang tua yang sekarang ini sedang menemani anak belajar Fisika dan Matematika (anak saya kelas VIII alias kelas II SMP), saya juga mendapatkan pengalaman dan pemahaman baru bahwa anak dan orang tua secara bersama-sama akan mendapatkan pemahaman-pemahaman yang semakin sempurna atas materi pelajaran yang sedang dipelajari yang bersifat pencerahan pribadi. Ini biasanya terjadi ketika anak maupun orang tua yang sedang "belajar bersama" tiba-tiba berkata, "O...ternyata maksudnya begitu....".

Dan, pencerahan pribadi yang terjadi dalam proses belajar ini tidak muncul begitu saja secara instan. Ini muncul dalam proses berlatih yang terus-menerus. Meskipun sudah hafal teori-teori / rumus, kalau tidak dipraktekkan dengan banyak latihan (mengerjakan soal hitungan), maka tidak akan tahu penerapan dari masing-masing teori / rumus itu. 

Sebaliknya, semakin banyak latihan, maka anak (dan juga orang tua yang menemani anak belajar) akan dapat merasakan dan menyimpulkan dengan kata-kata pribadi  bahwa teori / rumus yang ini paling cocok dipakai untuk mengerjakan soal-soal jenis ini, sedangkan teori / rumus yang itu paling cocok dipakai untuk mengerjakan soal-soal jenis itu. 

--------------------

Prinsip-prinsip yang saya pelajari sejak saya  "masih muda" itu ternyata "terbawa" di tempat kerja. Maksud saya begini. Saya belajar sedikit. Lalu segera saya praktekkan. Kalaupun belum sempurna, tidak apa-apa. Maka, seiring dengan sering berlatih / mempraktekkan teori yang baru saja saya dapatkan, saya jadi mahir melakukan.  Istilah orang awam : meskipun ilmunya "pas-pasan", tetapi  punya "jam terbang" (alias "menang pengalaman")  dan "sudah kenyang makan asam - garam". 

Ini saya praktekkan di bidang manajemen, juga hukum, juga psikologi industri (catatan : sepanjang tidak melanggar kode etik)

Ketika masih kuliah manajemen, saya segera  mempraktekkan teori yang baru saja saya dapatkan di bangku kuliah. Jadi, saya jadi segera tahu teori mana yang bisa efektif diterapkan di tempat kerja, dan mana yang tidak. 

Pada saat saya masih kuliah hukum, saya segera mempraktekkan teori (misalnya) membuat surat perjanjian dan sebagainya. Tidak usah menunggu lulus kuliah. 

Ketika kuliah psikologi, saya juga segera mempraktekkan hal-hal yang diajarkan, misalnya memperbaiki teknik dan jalur komunikasi baik lisan maupun tertulis di perusahaan. 

Itu semua karena pengalaman belajar  sejak kecil / remaja / muda usia : banyak-banyaklah berlatih / mempraktekkan, maka kesempurnaan (pemahaman) itu akan muncul di dalam proses latihan / praktek itu. 

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat "memberikan" kepada anak "pengalaman" bahwa yang penting adalah banyak berlatih / mempraktekkan, bahwa kesempurnaan / pemahaman akan didapat selama proses latihan yang terus-menerus itu.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri, dan Praktisi Perbankan. 

Catatan : untuk materi pendidikan seksualitas, tentunya metode yang digunakan harus sesuai dengan norma dan etika. Maksudnya, jangan sampai uraian di atas disalahartikan / disalahgunakan dalam mempelajari materi pendidikan seksualitas anak.