Jumat, 10 Agustus 2012

MENEMANI ANAK : PIKIRAN DAN KEHENDAK HATI DILATIH SECARA TERATUR


Para orang tua / wali murid yang menghadiri pertemuan dengan pihak sekolah sedang menunggu di depan ruang kelas anak masing-masing untuk melanjutkan pengarahan bagian ke-2 dari Guru Wali Kelas. 

(Foto ini diambil sesaat setelah pengarahan bagian ke-1 dari Kepala Sekolah, Bidang Kurikulum, Bidang Sarana dan Prasarana, serta Bidang Bimbingan - Konseling selesai).



Semoga perhatian para orang tua / wali murid dalam mendampingi anak-anaknya akan semakin mendorong anak-anak untuk lebih maju dan berkembang "bukan saja sekedar menjadi anak yang pandai / pintar secara kognitif" tetapi juga yang "berbudi yang luhur".


--------------------

Hari Kamis tanggal 9 Agustus 2012 saya menghadiri pertemuan orang tua / wali murid dengan Kepala Sekolah dan para Guru di SMP Pangudi Luhur Domenico Savio Semarang. (Anak saya adalah murid kelas 8F).

Seperti biasa, pertemuan diisi dengan sosialisasi program sekolah, baik pelajaran maupun kedisiplinan. Intinya, pihak Kepala Sekolah dan para guru mengatakan bahwa kedisiplinan anak tidak akan terwujud tanpa dukungan nyata dari para orang tua / wali murid. Sebagai contoh, murid tidak akan dapat masuk sekolah tepat waktu alias tidak terlambat kalau orang tuanya tidak disiplin soal waktu alias seenaknya saja mengantar anaknya ke sekolah.

--------------------

Melihat antusiasme para orang tua / wali murid dalam menghadiri kegiatan pertemuan ini, saya  merasa gembira : ternyata di zaman seperti sekarang ini (di mana orang tua sangat sibuk dengan pekerjaannya), masih banyak juga Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang meluangkan waktu untuk menghadiri pertemuan yang bermanfaat untuk menyamakan pandangan antara sekolah dengan orang tua / wali murid dalam mendampingi anak-anaknya.

Tentu saja, saya berharap bahwa perhatian yang diberikan oleh para orang tua / wali murid dan para guru ini akan mendukung perkembangan anak tidak hanya pandai secara kognitif (pengetahuan / hal-hal yang menggunakan "otak" saja), tetapi juga secara keseluruhan (secara holistik) dalam arti memiliki "budi yang luhur".

--------------------

Malam ini (Jumat, 10 Agustus 2012 malam, sekitar pukul 21.30 WIB) saya melihat film-film pendek buatan anak-anak SMA Kolese De Britto Yogyakarta. (Saya sendiri bukan lulusan sekolah swasta favorit di Yogya ini, tetapi saya mengagumi cara mereka menyanyikan Lagu Mars De Britto dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya). 

Dan, tiba-tiba saja saya jadi ingat dengan sebagian Lagu Mars ketika saya masih SMA : Lagu Mars SMA Kolese Loyola, terutama bagian yang ini :
.....cinta ilmu...olah raga...seni dan budaya.....
.....pikiran dan kehendak hati dilatih....secara teratur.....

Lalu ada juga syair seperti ini :
.....cinta bangsa...seluruh nusa...penuh cita-cita.....
.....selamanya kita usahakan supaya...berbudi yang luhur.....

Saya jadi tersadar : tidak ada kata-kata dalam syair Mars Kolese Loyola yang mengatakan bahwa anak-anak harus menjadi anak yang pandai. Yang ada adalah : cinta ilmu, olah raga, seni dan budaya. Serta pikiran dan kehendak hati dilatih secara teratur.

Apakah itu berarti anak tidak perlu pandai ?

Karena yang ada dalam lagu Mars Kolese Loyola itu adalah : selamanya kita usahakan supaya berbudi yang luhur.

Sekali lagi, apakah anak tidak perlu pandai ?

--------------------

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Di awal tulisan ini saya menyajikan gambaran betapa bersemangatnya para orang tua / wali murid SMP Pangudi Luhur Domenico Savio dalam menghadiri pertemuan dengan pihak sekolah. Tentu, tujuannya agar bisa satu pemahaman dalam mendampingi anak.

Lalu, saya gambarkan juga bagaimana kekaguman saya kepada anak-anak SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam menyanyikan Lagu Mars sekolahnya serta Lagu Kebangsaan Indonesia raya dengan penuh semangat (dan bukan semata-mata formalitas belaka).

Terakhir, saya kutipkan beberapa syair dari Mars SMA Kolese Loyola yang sudah saya nyanyikan berkali-kali (sampai-sampai anak saya pun yang masih SMP sudah hafal dengan lagu ini), yang menekankan rasa cinta pada ilmu, olah raga, seni dan budaya, dan tidak ada kata-kata pandai / pintar di dalamnya. Justru yang ada adalah melatih pikiran dan kehendak hati secara teratur, serta "berbudi yang luhur".

Tentu saja, saya tidak mengatakan bahwa anak tidak perlu pandai / pintar. 

Tetapi saya mengajak kita semua untuk merenung : dalam menemani anak-anak kita, sebenarnya kita berharap anak kita jadi seperti apa ? 

--------------------

Selamat menemani anak.

Jangan lupa, kita semua harus selalu merenung, sebenarnya kita berharap anak kita jadi seperti apa ? Bukan berarti bahwa berharap anak kita jadi pandai / pintar adalah tidak boleh. Tetapi, apakah memang hanya itu harapan satu-satunya dan apakah memang hanya itu harapan yang paling utama ?

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-`12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri, dan Praktisi Perbankan.