Selasa, 28 Agustus 2012

KOMBINASI SENI TERAPAN



Kombinasi seni terapan ? Barangkali para pembaca yang budiman ada yang mengernyitkan dahi ----- berpikir dan bertanya-tanya ---- apa maksudnya.

Memang, saya menuliskan judul ini karena terdengar enak di telinga. Tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah kombinasi antara yang tradisional dengan yang modern dalam hal karya seni yang praktis dipakai sehari-hari.

--------------------

Suatu siang, saya diajak oleh direksi (para direktur) sebuah bank ke salah satu restoran yang baru dibuka 3 bulan lalu di Kota Semarang.

 
Sebagai orang yang diajak, saya mengikuti saja. Saya melihat, restoran ini cukup besar, dengan penataan yang mengedepankan nuansa tradisional / pedesaan, dengan banyak kolam ikan di tengah restoran, dan genting yang ditutupi jerami. Juga, ada becak sungguhan yang diparkir di dekat pintu ruang customer service, selain lampu-lampu tradisonal teplok / sentir yang dipasang pada tiang-tiang bangunan terbuat dari kayu.

 
Lampu tradisional teplok / sentir ini seharusnya menggunakan bahan bakar minyak tanah. Sumbunya  disulut dengan korek api untuk menyalakannya.

Tetapi di restoran ini, teplok / sentir ini sudah dikombinasikan dengan bola lampu dan kabel listrik PLN. Sehingga, tidak diperlukan lagi adanya minyak tanah, sumbu, dan nyala api dari korek api untuk menyalakannya. Cukup dengan saklar listrik saja.

 
Masih di restoran ini. Lampu-lampu penerangan yang digunakan adalah lampu yang modern, tetapi dengan diberi kerudung / tutup yang terbuat dari anyaman bambu (terkesan tradisional).

----------

Sekarang saya akan cerita tentang restoran lain, yang biasa saya kunjungi bersama keluarga.

Di restoran ini, ada tempat cuci tangan (di pekarangan depan restoran) berupa pompa air "Dragon" kuno. Kesannya jadi antik. Khawatir harus susah payah "menimba air" dengan pompa "Dragon" ?

Tidak perlu khawatir ! Tinggal buka kran air (modern) yang secara khusus dipasang di pompa "Dragon" itu, maka otomatis air akan mengalir. Yang memompa adalah pompa air (modern) "Sanyo".

Sayangnya, saya belum membuat fotonya....

----------

Dulu ---- ketika saya masih SD, tahun 1970-an ----- saya suka sekali membaca cerita Wayang Mbeling di koran Suara Merdeka - Minggu Ini (seingat saya, dulu terbit setiap hari Rabu).

Di cerita Wayang Mbeling ini, dikisahkan cerita-cerita wayang tradisional tetapi dengan alat-alat modern : tokoh wayang membawa senapan otomatis, pistol, mengendarai tank tempur, dan sebagainya.

Saya tahu, ada yang berpendapat bahwa Wayang Mbeling ini merusak pakem wayang tradisional. Saya tidak bermaksud membela atau tidak membela. Saya hanya mengatakan bahwa sebagai anak kecil ---- duduk di bangku SD ----- saya suka dan menikmati hal-hal kreatif seperti ini : unik, dan karena itu menarik.

Catatan : Ketika itu, setiap hari Minggu siang ----- saya ingat ----- juga ada siaran radio seperti Wayang Mbeling ala Suara Merdeka - Minggu Ini. Seingat saya, di Radio Radiks 99 Semarang. Sekarang namanya Radio Best FM. Tetapi sekarang sudah tidak ada siaran Wayang Mbeling-nya lagi.

----------

Saya tidak bermaksud mengajak Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak untuk merusak pakem seni tradisional. Tetapi zaman saya masih sekolah di SMA Kolese Loyola Semarang (1986-1989), saya sering menulis skenario dan menyutradarai plus ikut jadi pemain cerita-cerita Ande-Ande Lumut dan sebagainya, dengan modifikasi : tokoh-tokohnya menggunakan alat-alat modern. Memang, tujuannya waktu itu sederhana : pokoknya lucu, menarik perhatian, dan membuat penonton tertawa senang.

Tetapi saya memang melihat bahwa kemampuan mengkombinasikan seperti ini sangat bermanfaat ketika seseorang sudah dewasa / berada dalam dunia kerja. Dia akan terbiasa menggabung-gabungkan yang lama dengan yang baru, sehingga tercipta kombinasi-kombinasi unik yang bermanfaat untuk memecahkan masalah. Contohnya : dia punya pengalaman / keahlian mempersuasi orang lain, karena dia memang seorang marketing (dulunya). Karena keadaan, dia sekarang bekerja sebagai HRD yang biasanya berkesan kaku, keras, tidak ramah, tukang pecat, dan sebagainya. Nah, dia meng-kombinasi-kan ke-marketing-annya (dulu) dengan ke-HRD-an yang sekarang harus dijalankannya. Dia selalu menjelaskan dan memasarkan ide-ide / peraturan perusahaan kepada para karyawan dan menjelaskan apa keuntungannya bagi mereka. Dia juga menjelaskan dengan sejelas-jelasnya terms and conditions apa aja yang kalau dilanggar membuat karyawan dipecat ----- dan menuangkannya dalam bentuk Surat Perjanjian Bersama ----- sehingga kalau ada karyawan yang nakal / melanggar terms and  conditions maka yang memecat karyawan itu adalah karyawan itu sendiri (karena sudah tahu risikonya dan sudah menandatangani Surat Perjanjian Bersama).

Ini adalah kisah / pengalaman nyata, dengan hasil yang nyata pula, dan sudah dijalankan sekitar 11 (sebelas) tahun di berbagai perusahaan. Saya tahu betul. Karena saya yang menjalankannya.

Apa yang biasa ditemui, apa yang biasa diperhatikan, apa yang berkesan di hati, dalam hal ini meng-kombinasi-kan beberapa hal, memang mempengaruhi pola pikir ketika sudah dewasa.

----------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak untuk memperhatikan kombinasi-kombinasi yang ada di sekitar kita.

Selamat menemani anak untuk membuat kombinasi-kombinasi yang unik dan bermanfaat, sebab kebiasaan / pola pikir / ketrampilan ini akan terus terbawa ketika sudah dewasa.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesi nomor  03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri, dan Praktisi Perbankan.