Senin, 09 Juli 2012

MENGAJAK ANAK BELAJAR = "BERPIKIR MENDALAM" TENTANG HAL-HAL "BIASA".


Seringkali kita secara tidak sengaja memberi contoh kepada anak untuk melihat sesuatu secara sepintas saja. Untuk melakukan sesuatu sebagai sebuah rutinitas. Dan tidak sempat mengajak anak untuk melihat secara lebih mendalam tentang bagaimana itu dibuat. Apa yang menjadi penyebab itu dibuat. Dan sebagainya.

Tentang makan ikan pindang, misalnya. Atau ikan asin.

--------------------

Saya sendiri melakukan "kesalahan" ini. Sebagai seorang Sarjana Perikanan lulusan Universitas Diponegoro tahun 1995, saya dan istri (dia juga Sarjana Perikanan lulusan Universitas Diponegoro tahun 1995) biasa mengkonsumsi ikan air tawar maupun ikan air laut setiap hari. Yang segar maupun yang diawetkan.

Tentu saja, kami tahu tentang pengawetan ikan : tentang prosesnya, tentang tujuannya, tentang kadar gizinya, dan seterusnya. Dan kami tidak pernah menceritakan "pengetahuan" ini kepada anak. Karena kami menganggapnya sebagai hal biasa. Makan ikan juga sudah biasa. Tidak ada yang direnungkan. Tidak ada yang dibahas. Makan ikan ya makan ikan. Titik. Habis perkara.

--------------------
 
Sampai pada suatu pagi di hari Minggu, kami sekeluarga belanja di Pasar "Gang Baru" di Kota Semarang. (Namanya juga gemar memotret, ke pasar pun saya bawa kamera).


Di pasar itu, ada penjual ikan yang diawetkan. Ada ikan pindang. Juga ada ikan asin. Tiba-tiba saja saya jadi ingin memotret ikan asin itu. Dan, tiba-tiba saja anak saya jadi tertarik membahas tentang ikan asin yang baru saja saya protret itu.


Ikan itu diasinkan dengan garam jenis apa ? (Anak saya bertanya begitu, karena sudah pernah saya cerita-in tentang macam-macam jenis garam). Kenapa ikan itu diasinkan ? Apa hanya ikan yang tipis yang bisa diasinkan ? Bagaimana cara pembuatan ikan asin ?

Tentu saja, saya (hafal di luar kepala) bisa bercerita banyak tentang itu semua. Dulu, sewaktu kuliah, selain teori juga banyak sekali praktikum tentang pengawetan ikan. Jadi, tidak mungkin lupa. 

Anak jadi senang. Saya bercerita tentang bagaimana larutan garam dapat menembus sel-sel daging ikan. Bagaimana ikan diawetkan dengan cara dibuat pindang. Juga bagaimana cara membuat ikan asap.

--------------------

Renungan saya (yang saya "sharing"-kan kepada Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak pembaca setia Blog Holiparent yang saya hormati) adalah : apakah kita sering lupa melakukan sesuatu sebagai hal yang biasa saja, sebagai hal yang rutin saja, padahal manakala itu kita ceritakan kepada anak kita niscaya pengetahuan anak kita akan bertambah dan dia pun menjadi senang.

Mungkin, bagi para Ibu-Ibu yang ahli membuat kue, proses pembuatan kue adalah hal yang rutin dan biasa. Siapa tahu, anak akan sangat senang dicerita-in tentang kenapa kue bisa mengembang, kenapa telur harus dikocok hingga berbuih, dan sebagainya. 

Atau, mungkin bagi para Bapak-Bapak yang ahli memperbaiki mesin mobil, proses  me-manas-i mesin mobil di pagi adalah hal yang rutin, adalah hal yang biasa. Siapa tahu, anak akan sangat senang dicerita-in tentang kenapa mesin mobil perlu dipanasi di pagi hari sebelum dikendarai, kenapa air radiator perlu diperiksa dan ditambah air bila perlu, dan sebagainya.

Dan masih banyak lagi hal-hal yang rutin dan sederhana yang bisa dijadikan bahan cerita kepada anak.

Tentu saja, kita sebagai orang tua perlu memperhatikan apakah anak kira-kira tertarik dengan topik itu atau tidak. Kalau kira-kira anak tidak tertarik dengan topik itu, ya anak jangan dicerita-in tentang topik itu.     

-------------------

Selamat menemani anak.

Selamat men-cerita-i anak dengan hal-hal rutin dan (menurut kita) biasa saja, yang ternyata menjadi perhatian / minat anak. (Mungkin kita menganggapnya biasa justru karena kita sudah ahli di bidang itu : membuat kue, memperbaiki mesin mobil, dan sebagainya).

Menemani anak belajar secara praktis itu memang bisa bermula dari hal yang rutin dan (sepertinya) biasa-biasa saja. Tetapi, bukankan sedikir-sedikit lama-kelamaan pengetahuan anak akan menjadi setinggi bukit ?

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

  • Foto dan tulisan oleh Constantinus. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana bidang Ilmu Alam dan juga Sarjana bidang Ilmu Sosial.