Sabtu, 14 Juli 2012

JALAN-JALAN SANTAI DENGAN UNSUR ILMIAH UNTUK ANAK


Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak pembaca setia Blog Holiparent Yth.,
Terima kasih atas kesetiaan Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak sekalian, karena kesetiaan Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak selama ini dalam membaca Blog Holiparent telah memberikan semangat bagi saya untuk tetap menulis setiap harinya.

Semoga blog yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua (dan juga lebih banyak lagi teman-teman kita sesama orang tua) dalam menemani anak-anaknya dalam menambah pengetahuan secara menyenangkan.

--------------------

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Ada beberapa orang Ibu yang dalam berbagai kesempatan berbeda mengajukan pertanyaan kepada saya. Beliau-beliau ini adalah orang tua yang bekerja di kantor (= perusahaan milik orang lain), sehingga dalam seminggu (Senin sampai Sabtu) harus "ngantor".

Pertanyaannya begini, "Kalau hari Minggu, enaknya mengajak anak ke mana, ya Pak ?"

Saya tahu, secara sosial ekonomi, keluarga Ibu ini tergolong berkecukupan. Artinya, punya rumah milik sendiri. Punya mobil. Punya sepeda motor. Punya pembantu. Kalau jalan-jalan ke mall, pasti bisa (termasuk : untuk makan-makan bersama keluarga di "food court" mall). Dan saya tahu, Ibu ini memang juga senang jalan-jalan ke mall. Buktinya, beberapa kali sepulang jam kantor, Ibu ini mengajak teman-teman kantornya jalan-jalan ke mall.

Tetapi memang ada kebosanan. Mungkin anaknya yang bosan jalan-jalan ke mall. Mungkin Ibunya. Mungkin Bapaknya.

--------------------

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Masih tentang Ibu yang tadi bertanya kepada saya tadi. Saya juga tahu bahwa suaminya (seorang Insinyur Arsitek) senang dengan fotografi. Setidaknya, mereka punya kamera digital yang selalu dibawa dalam banyak kesempatan untuk memotret ini dan itu.

Maka, kepada Ibu ini saya melontarkan ide, "Kenapa tidak jalan-jalan ke rumah saudara sambil memotret bersama anak-anak ? Kalau bisa, ke rumah saudara yang punya "sesuatu" yang dapat menambah pengetahuan anak...".

--------------------

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Kalau ada kenalan kita atau saudara kita yang punya kebun salak (misalnya), kenapa kita tidak ke sana di hari Minggu bersama anak-anak ? 

Anak kita bisa kita ajak ke kebun salak. Melihat buah salak diambil dari pohonnya (seperti tampak pada foto di atas).

         

Dan kemudian, melihat buah salak yang baru dipetik itu disikat satu per satu untuk menghilangkan duri-duri halusnya (seperti terlihat pada foto di atas).

Ini adalah hal yang sederhana. Tetapi berdasarkan pengalaman saya dalam menemani anak, ini menambah pengetahuan anak. Juga penghargaan anak kepada petani dan juga pada lingkungan hidup.

Anak juga dapat merasakan bahwa buah salak yang baru dipetik itu rasanya jauh lebih manis daripada kalau dimakan agak lama setelah dipetik (meskipun dari pohon yang sama). 

Pengalaman sederhana ini tentu memberikan sensasi yang berbeda dalam diri anak. Setidaknya, dibandingkan kalau membeli salak secara kiloan di supermarket.

Ada proses produksi yang terkait dengan kelestarian alam yang dapat tertanam dengan sendirinya dalam diri anak dengan kegiatan seperti ini. Anak jadi tahu bahwa pohon salak beserta lingkungannya harus dijaga dan dipelihara dengan baik dan telaten supaya selalu menghasilkan buah dengan baik.

Dan anak juga akan menyadari bahwa buah salak yang dimakan ini adalah anugerah dari Tuhan lewat alam ciptaan-Nya. Bukan semana-mata transaksi jual-beli seperti yang "dirasakan" kalau membeli salak di toko atau supermarket....

--------------------

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Kalaupun tidak ada kenalan atau saudara yang punya kebun salak (misalnya), kita dapat juga mengajak anak menambah pengetahuan dengan pergi ke pasar tradisional, di mana masih ada penjula tempe dengan bungkus daun pisang + koran seperti terlihat pada foto di bawah ini.     


Penjual tempe ini biasanya dengan sukarela akan membukakan bungkus tempe satu per satu, untuk menunjukkan bahwa tempe-tempe yang dijualnya sudah "matang" (dalam arti : siap dimasak, bukan dalam arti sudah digoreng / sudah direbus).

Dari sini, anak dapat mengetahui bahwa ini adalah wujud tempe yang masih mentah tetapi sudah "matang" (dalam arti : sudah siap dimasak). Dan, sesekali anak akan melihat juga bahwa ini adalah wujud tempe yang masih mentah dan kebetulan "belum matang" (dalam arti : masih perlu satu dua hari lagi untuk siap dijual).

Pengalaman seperti ini (sekali lagi) membuat anak melihat bahwa ada proses alamiah untuk "menghasilkan" apa yang dapat kita makan, dan bukan semata-mata transaksi jual beli barang dagangan.

Justru karena di pasar tradisional ini tidak ada "quality control" sebelum tempe ditawarkan kepada pembeli (sehingga ada tempe mentah yang belum "matang" ikut ditawarkan), maka anak dapat (secara kebetulan) melihat tempe yang sudah "matang" dan tempe yang masih "belum matang". Ini adalah "seninya", dan ini menambah pengetahuan anak.   



Hal yang sama juga bisa didapatkan anak ketika kita ajak ke penjual buah strawberry yang baru dipetik dan belum disortir sepenuhnya. Justri karena belum ada "quality control", maka anak dapat melihat (dan juga merasakan) bahwa ukuran, warna, dan rasanya tidak persis sama.

Memang, dari segi kualitas barang dagangan, ketidakseragaman seperti ini harus dihindari. Itu sebabnya, di supermarket semuanya baik dan seragam.

Tetapi, dari yang masih apa adanya seperti ini anak dapat mengetahui dan merasakan bahwa secara alamiah tidak semuanya seragam, dan itulah seninya. Anak jadi tahu bahwa buah strawberry secara alamiah sebenarnya tidak seragam ukuran, warna, dan rasanya (dan tahu bahwa di supermarket bisa "seragam" karena sudah ada "quality control". Nah, anak juga jadi tahu tentang peranan quality control dalam "kehidupan manusia" : yaitu untuk "memilih" mana yang sesuai standar dan mana yang tidak sesuai standar). 

--------------------

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Ada satu lagi "objek wisata / tujuan jalan-jalan" yang bisa dikunjungi bersama anak kita di hari Minggu. Namanya alam yang ada di sekitar kita.



Memang, karena kesibukan kerja, kita (barangkali) tidak sempat menikmati alam sekitar yang ada di dekat kita. Misalnya, karena kesibukan kerja, kita tidak mungkin "ngantor" dengan naik sepeda. Kalau "ngantor", kita terpaksa naik mobil, taksi, sepeda motor, atau angkutan umum. Jadi, kita biasanya memang terburu-buru.....

Nah, pada hari Minggu, kita bisa jalan-jalan naik sepeda bersama keluarga. Melewati jalan yang sama dengan yang sehari-hari kita lewati, tetapi dengan sudut pandang yang beda (karena kita naik sepeda, jadi "terpaksa" pelan-pelan...sambil melihat-lihat apa yang ada di sekitar kita dengan lebih seksama).

Kebetulan, di dekat rumah saya ada pantai dan tambak-tambak. Anak saya, istri saya, dan saya biasa juga piknik sederhana ke sana naik sepeda. 



Di tempat ini ada tumbuhan bakau (Mangrove). Ini bisa jadi objek untuk dipotret (saran saya : kalau jalan-jalan, selalu bawa kamera atau handphone yang ada kameranya, buat bikin foto kenangan).

Kebetulan istri saya dan saya adalah Sarjana Perikanan lulusan Undip tahun 1995, sehingga bisa langsung bercerita kepada anak tentang jenis tumbuhan bakau (Mangrove), di mana tumbuhan ini hidup, apa saja kegunaannya, dan sebagainya (karena ini dulu merupakan materi praktikum kami di pantai / laut).

Bagi Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang kebetuhan ilmunya tidak berkaitan dengan Mangrove, bisa saja Mangrove ini dipotret-potret, kemudian nanti sesampainya di rumah dijadikan kegiatan bersama dengan anak : di-cari-kan keterangannya di internet, kemudian "foto Mangrove" buatan sendiri (lebih baik kalau ada foto anak) yang dilengkapi dengan keterangan tentang Mangrove dari internet itu di-print dan selanjutnya ditempel di dinding kamar / kamar belajar anak.

Anak jadi punya kenangan jalan-jalan yang ada unsur ilmiahnya dan sekaligus ditemani oleh orang tuanya untuk membuat laporan ilmiah sederhana yang terdiri dari foto + keterangan foto.

Mudah, menyenangkan, bermanfaat..... 

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat "jalan-jalan" dengan anak sambil menambah pengetahuannya sekaligus membimbingnya membuat "laporan ilmiah" dengan mudah dan menyenangkan.....

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

  • Foto dan tulisan oleh Constantinus, kecuali foto tentang penulis dan anaknya adalah oleh Susana Adi Astuti.
  • Constantinus adalah Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana bidang Ilmu Alam dan Sarjana bidang Ilmu Sosial.